Ulang Tahun Tak Terlupakan di Vietnam

Thursday, October 06, 2016


Kebaikan hati ada di mana saja. Kadang kita menerimanya dari orang tak dikenal dalam berbagai momen tak terduga. Misalnya ketika saya berulang tahun yang ke-21. Kejadiannya baru enam bulan lalu. Saat itu saya berada di Ho Chi Minh, Vietnam. Menikmati perjalanan singkat sendirian. Pada hari pertama, rasanya senang karena bisa jalan-jalan memutari kota. Melihat-lihat katedral, kantor pos besar, juga ke Bitexco Financial Tower untuk melihat pemandangan dari puncak tertinggi. Tak lupa mencicipi kuliner setempat.

Photo by Chris Slupski on Unsplash
Pada hari kedua, saya terbangun pagi-pagi di hostel. Menyadari kalau hari itu adalah ulang tahun saya. Tak seperti biasanya, saya berada jauh sekali dari rumah. Padahal biasanya merayakan ulang tahun bersama keluarga. Berkumpul, menyantap hidangan sederhana, mendapat kado, dan saling mengucap doa serta harapan. Namun kali ini tak bisa. Jangankan keluarga, saya bahkan hampir tak punya teman di Vietnam. Rasanya agak sedih. Jangan-jangan, saya harus melewatkan ulang tahun di negara asing tanpa ada yang menemani.

Namun saya menepis pikiran itu. Lantas segera bangun, mandi, dan bersiap-siap. Kemarin saya sudah mendaftar tur wisata ke Sungai Mekong. Itu adalah sungai terpanjang ke-12 di dunia yang melewati beberapa negara. Kebetulan saya ikut tur bersama dua teman sekamar. Mereka bernama Raqs dan Yvonne, turis asal Filipina. Raqs bertubuh gendut dan kelihatan ramah. Sedangkan Yvonne jangkung, kurus, dan sigap. Kami bertiga sarapan bersama sebelum berangkat. Lalu pukul tujuh pagi, sebuah bus datang menjemput. Hari itu ada sekitar 30 orang dari berbagai negara yang ikut tur.

Perjalanan dari hostel ke Sungai Mekong cukup lama. Setelah sampai, kami semua turun dari bus dan meluruskan badan. Lalu pemandu tur menggiring kami naik kapal. Rencananya kami akan singgah ke beberapa pulau di sepanjang sungai. Yang pertama kali didatangi adalah Pulau Unicorn. Rupanya pulau ini dibelah oleh aliran sungai-sungai kecil. Ada banyak sampan yang dikemudikan orang setempat. Semua peserta tur naik ke sampan, masing-masing diisi oleh tiga sampai empat orang. Saya pun naik bersama Raqs dan Yvonne. Kami diberi caping karena cuacanya sangat panas. Lalu pengemudi sampan mulai mendayung. Perlahan kami menyusuri sungai. Pemandangannya cukup bagus. Tapi katanya di sini ada buaya, jadi pengunjung tak boleh memasukkan tangan ke air.

Setelah Pulau Unicorn, kami mengunjungi beberapa pulau lain. Ada pulau khusus lebah madu, khusus kerajinan keramik, khusus produksi kelapa, dan sebagainya. Di sepanjang perjalanan saya mengobrol dengan Raqs dan Yvonne. Tak lupa mengajak kenalan peserta-peserta lain. Kalau traveling sendirian, kita perlu aktif mencari teman. Hari itu saya berkenalan dengan beberapa orang, di antaranya pasangan dari Malaysia, pasangan dari Filipina, bahkan ada pasangan dari Indonesia! Mereka tampak gembira dan menikmati perjalanan.

Tak terasa sudah saatnya makan siang. Kapal berhenti lagi di sebuah pulau. Lantas kami makan bersama di restoran. Saya duduk semeja dengan Raqs, Yvonne, juga Jane dan pacarnya. Semua berasal dari Filipina. Tapi dengan baik hati, mereka mengobrol dalam bahasa Inggris supaya saya bisa mengerti. Seseorang bertanya berapa umur saya. Lalu saya menjawab 21 dan bercerita kalau hari ini saya berulang tahun. Mereka langsung heboh, lalu menyanyikan lagu happy birthday dengan gembira. Tak lupa satu per satu menyelamati saya. Rasanya senang sekali.

Lalu mereka mentraktir makanan enak berupa nasi, ikan besar, potongan daging, dan sayuran. Setiap jenis makanan diambil sedikit dan dibungkus dengan rice paper. Bentuknya jadi mirip lumpia. Tak lupa dicocol dengan saus dan kecap khas Vietnam. Selain ikan, sebenarnya restoran itu menyediakan menu-menu lain yang lebih ekstrem. Misalnya daging buaya, ular, kura-kura, ulat kelapa, sampai telur dinosaurus (bentuknya memang telur raksasa, tapi entahlah apa sebenarnya). Yang jelas saya menghindari makanan aneh-aneh selama traveling. Takut mual atau sakit perut.

Tur wisata itu baru selesai sore. Saya, Raqs, dan Yvonne kembali ke hostel. Mereka berdua masih ingin merayakan ulang tahun saya. Setelah semua mandi, kami pergi ke pasar malam setempat—semacam Malioboro di Yogyakarta. Ada banyak sekali barang yang dijual. Mulai dari pakaian, tas, sepatu, sampai berbagai pernak-pernik khas Vietnam. Saya pun membeli oleh-oleh di sana. Tak lupa menawar semurah mungkin. Kalau belanja di luar negeri, saya tak pernah malu menawar, toh tak ada yang kenal. Sayangnya pedagang di sana galak sekali dan tak segan memarahi pelanggan. Namun saya tetap mendapat barang yang diinginkan. Tentu dengan harga kurang dari separuh harga awal yang ditawarkan.

Setelah selesai belanja, saya pun makan malam bersama Raqs dan Yvonne. Mereka berkeras mentraktir saya lagi. Kami mencicipi makanan yang mirip bakwan dicampur telur, juga semacam daging yang aneh. Tak lupa sayuran setumpuk. Di Vietnam, mereka sering menyediakan setumpuk sayur mentah untuk pelanggan. Rasanya pahit dan kering. Selain menyantap hidangan itu, kami mencoba jajanan lokal berupa beras merah manis yang ditaburi berbagai jenis topping. Lalu ditutup dengan es krim berbentuk ikan yang enak.

Saat kembali ke hostel, hari sudah larut malam. Saya capek sekali. Kami pun berganti baju dan naik ke tempat tidur. Malam itu saya tidur dengan nyenyak. Lega dan senang. Walaupun berada di negara asing, ternyata saya masih bisa merayakan ulang tahun bersama teman-teman. Kebaikan hati mereka sangat berharga. Saat ini kami memang sudah berpisah. Namun bertahun-tahun dari sekarang, kebaikan mereka tetap membekas.

You Might Also Like

0 comments