Ada 1001 Cara Bertemu dan Tuhan Tahu Waktu yang Tepat
Thursday, January 26, 2017
Pertemuan itu misterius. Seringkali
tak terduga. Ada yang berkenalan dengan kita lalu pergi begitu saja. Ada yang
tetap tinggal. Ada yang memberi manfaat besar, ada yang hanya lewat. Tak
sedikit pula yang menoreh luka. Sebetulnya, kenapa kita bertemu seseorang?
Pasti ada alasannya. Ada pula momentumnya. Tuhan tahu waktu yang tepat untuk
mempertemukan manusia. Selama ini banyak orang yang sudah dimunculkan dalam
hidup kita. Kelak lebih banyak lagi yang menyusul. Berikut ini adalah berbagai
jenis orang dan alasan kehadirannya…
Photo by Jacek Dylag on Unsplash |
Orang yang tak terduga bisa memberi manfaat sangat besar
Kadang hidup kita berubah karena
seseorang. Mungkin dia adalah kerabat jauh yang terlupakan. Atau kenalan lama
yang sudah bertahun-tahun tak ditemui. Bisa juga teman dari internet. Siapapun
bisa memberi manfaat besar pada hidup kita. Entah menolong saat kesulitan, menawarkan
peluang, atau menjalin hubungan sampai pernikahan. Sebagian yang mengelilingi
kita adalah orang-orang hebat. Barangkali belum tahu siapa saja. Yang penting
adalah membuka diri agar berbagai kemungkinan bisa menghampiri. Saat tiba waktunya,
Tuhan akan mendekatkan kita pada orang yang tepat.
Orang yang paling kita sayangi bisa menyakiti sangat dalam
Kasih sayang yang terlalu dalam bisa
membuat kita terluka. Kadang kita lemah di depan orang tersebut. Saat dia
menyakiti, mungkin kita membelanya dengan berbagai pembenaran. Atau pasrah saja
dihantam sampai hati babak belur. Ada juga kemungkinan lain—saya mengingatnya
dari novel Petir karya Dee Lestari. Pernahkah
kita merasa rela mati demi seseorang? Entah keluarga, pasangan, atau sahabat? Coba
pertimbangkan lagi. Sebab kalau ada apa-apa dengan mereka, kita akan merasakan
dua kali lipatnya. Mereka bahagia, kita lebih bahagia. Mereka merana, kita menderita
setengah mati. Itulah konsekuensi menyayangi orang.
Orang yang bertemu sekilas bisa meninggalkan banyak kesan
Kadang pertemuan berlangsung sangat
cepat. Entah saat duduk bersebelahan di bus atau berpapasan di suatu acara.
Namun kuantitas tak selalu menentukan kualitas. Orang yang hanya kita temui
sekali bisa meninggalkan banyak kesan. Misalnya saja seseorang yang pernah dikenalkan
pada saya. Sepanjang pembicaraan, dia selalu tersenyum dan menebar aura positif
yang murni. Senyumnya melengkung alami mengikuti gestur tubuh—seolah bibirnya
punya gravitasi sendiri. Sampai sekarang masih berkesan. Tiap kali susah senyum,
saya akan membayangkan orang itu. Lantas bisa tersenyum lagi dengan energi yang
baru.
Orang yang selalu ada bisa pergi begitu saja
Perpisahan memang tak mudah. Walau
tak disukai, hal itu tetap saja terjadi. Tak ada yang selamanya bisa bersama
kita. Punya sahabat erat di sekolah? Setelah lulus, mungkin sulit untuk
menemuinya lagi. Kesibukan memperlebar jarak. Sekalipun tinggal di kota yang
sama—kalau tak benar-benar meluangkan waktu—kita tak akan bertemu. Apalagi
kalau terpisah karena cinta berakhir. Seketika pacar bisa jadi mantan. Yang
dulu selalu ada di samping kita, tahu-tahu jadi yang paling jauh. Yang
paling dikenal mungkin jadi asing lagi. Yang begitu berharga bisa terlupakan
oleh waktu. Hubungan antarmanusia itu rapuh. Supaya bisa bertahan, kita harus
membangun hubungan yang erat dengan diri sendiri.
Orang yang tampaknya kekal, suatu saat pasti meninggal…
Jangan sampai menyesal. Temuilah
seseorang sebelum terlambat. Lakukan sesuatu baginya sebelum dia meninggal.
Kematian adalah hal yang pasti. Tak terlihat namun selalu mendekat. Selama saya
hidup, ada sejumlah orang berharga yang telah meninggal. Padahal saya belum
sempat bertemu untuk terakhir kalinya. Mengucap selamat tinggal pun tak bisa.
Sekali mereka pergi, kita tak bisa menemuinya lagi. Namun tak perlu merasa
kesepian. Ada jalan yang bisa menghubungkan dua alam, yaitu doa. Panjatkanlah
doa untuk orang-orang yang meninggal lebih dulu.
Orang yang entah siapa, mungkin berharap bertemu dengan kita
Ada jutaan orang yang belum kita
temui. Baik lelaki maupun perempuan, tua maupun muda. Saat ini, mungkin mereka
berada di tempat yang jauh. Entah di kota lain atau negara yang berbeda. Namun
suatu saat jarak itu akan terhapus. Atau mungkin, mereka sudah berada sangat
dekat dengan kita. Barangkali hanya terpisah dua kompleks rumah. Atau sering
berpapasan di suatu tempat, tapi belum waktunya berkenalan. Bagaimana dengan
kita berdua? Apakah saya pernah bertemu denganmu? Atau kamu pernah bertemu
dengan saya? Siapapun dirimu, saya harap kita bisa bertemu suatu saat. Mungkin
ditemani dua cangkir teh. Mengobrol dan membahas banyak hal. Kalau Tuhan
mengizinkan, kita akan mengubah hidup satu sama lain. Sampai jumpa.
2 comments
Tuhan tahu waktu yang tepat untuk mempertemukan manusia.
ReplyDelete#Gleges
Iya. Kalau bukan sekarang, mungkin besok. Bisa juga bulan depan, tahun depan, atau entah kapan. Tiap pertemuan punya waktunya sendiri :)
DeleteSaya tak tahu siapa kamu, tapi terima kasih sudah baca dan komentar :)