Tahun-tahun yang Berjalan seperti Mimpi

Tuesday, January 31, 2023

Enam tahun sudah berlalu sejak terakhir kali aku menulis di blog ini. Begitu banyak hal yang sudah berubah... dan aku pun bertumbuh sebagai manusia.

Aku akan mulai bercerita dari tahun 2017-2018, periode yang paling mengubah diriku. Sebelumnya, orang-orang di sekitar bilang kalau aku adalah orang yang optimis. Dulu aku selalu berusaha melihat hal positif dari orang lain, dan yakin kalau manusia adalah makhluk yang baik. Harapan dan impianku menjulang tinggi.

Lalu terjadilah hal itu. Mendadak duniaku jungkir balik. Kehidupanku yang kukira bahagia, ternyata selama itu tersusun dari kebohongan besar. Terjadi berbagai perubahan masif dalam hidupku... dan aku tak kuat lagi menghadapinya.

Lalu aku mengalami depresi. Setiap hari aku dikuasai oleh kesedihan, amarah, dan frustrasi yang membakar. Lantas tiba-tiba... semuanya musnah. Aku berhenti merasakan emosi. Aku berhenti berpikir. Aku berhenti peduli. Untuk pertama kalinya seumur hidup, aku tak peduli lagi pada hidupku dan masa depanku.

Rasanya seolah aku tenggelam di lautan yang gelap dan menyeramkan. Air memasuki hidung dan mulutku, membuat paru-paruku terbakar... dan tanganku menggapai-gapai panik ke permukaan. Namun pada akhirnya, itu percuma saja. Aku menyerah dan membiarkan diriku tenggelam. Aku membiarkan jiwaku mati.

Photo by Stefano Zocca on Unsplash
Saat aku merasa tak bisa jatuh lebih dalam lagi... Tiba-tiba bapakku meninggal dunia, dan itu menjadi titik balikku.

Pada 5 September 2018, bapakku pergi selamanya karena penyakit. Saat itu beliau berusia 57 tahun, sedangkan aku berusia 23 tahun. Kematian Bapak menjadi duka besar bagi keluargaku.

Yang membuatku sangat menyesal, Bapak meninggal sebelum melihatku lulus kuliah S1. Padahal Bapaklah yang menyarankan aku masuk Sastra Prancis UGM. Seandainya aku lulus tepat waktu, Bapak pasti bisa datang ke wisudaku dengan bangga... tapi itu tak akan mungkin terjadi.

Penyesalan menamparku dengan keras. Aku pun mengumpulkan serpihan-serpihan diriku yang terkoyak karena depresi dan berusaha menyatukannya kembali.

Pada bulan yang sama dengan kematian Bapak, aku mulai mengerjakan skripsiku lagi setelah sekian lama. Saat itu aku adalah mahasiswa semester 11. Sebagian besar teman seangkatanku sudah lulus dan pindah ke kota lain, sedangkan dosen pembimbingku yang lama sudah pindah ke luar negeri.

Aku pun mengerjakan skripsi dengan dosen pembimbing baru. Judul skripsi, objek penelitian, dan teori yang kugunakan akhirnya diganti. Bisa dibilang aku memulai semuanya lagi hampir dari nol. Tapi aku mengerjakan dengan sungguh-sungguh, agar secepatnya bisa melunasi janjiku pada Bapak.

Dalam waktu sekitar tiga bulan, aku berhasil menyelesaikan skripsiku. Pada Januari 2019, aku melakukan sidang skripsi dan mempresentasikan semuanya dalam bahasa Prancis. Ternyata skripsiku mendapat nilai A. Lalu aku diwisuda pada Februari 2019 dengan lancar. Syukurlah...

Ini aku waktu wisuda dan ziarah ke makam Bapak untuk melaporkan kabar gembira:

Source: Dokumentasi Pribadi
Setelah lulus, aku bekerja sebagai reporter dan penulis di sebuah media online di Yogyakarta. Aku mewawancarai berbagai macam orang, liputan ke acara-acara seru, dan belajar banyak hal tentang menulis. Pengalaman kerja ini sangat menarik untukku, jadi kapan-kapan akan kutulis secara terpisah.

Setelah bekerja kantoran selama 1,5 tahun... Aku memutuskan untuk resign dan mengejar impianku sejak kecil, yaitu menjadi freelancer. Aku sempat kebingungan di awal, apalagi saat itu terjadi pandemi yang membuat kegiatanku terbatas. Tapi pelan-pelan aku menemukan ritme kerjaku.

Lalu pada Maret 2022, aku berulang tahun yang ke-27. Banyak orang berkata kalau ini adalah usia yang penting dan ada banyak hal seru untuk dikejar. Tapi... saat itu aku malah merasa stuck.

Rasanya aku berjalan dalam lingkaran yang tak berujung, berputar-putar dan terjebak di sana terus, sementara banyak orang berjalan melewatiku.

Aku pun memutuskan untuk melakukan perubahan besar. Sebulan setelah ulang tahunku, aku pindah dari Yogyakarta ke Tangerang. Menjelajahi tempat-tempat asing. Bertemu dengan orang baru, dan reuni dengan teman-teman lamaku yang juga pindah ke ibukota dan sekitarnya.

Sekarang aku tetap bekerja sebagai freelancer. Lebih tepatnya freelance writer dan content creator, merangkap product manager. Pekerjaan menulisku yang sekarang lebih banyak berhubungan dengan produk, marketing, dan sales. Aku juga sering menulis script untuk video YouTube dan membuat konten promosi untuk media sosial. Ini menyenangkan dan aku belajar hal baru setiap hari!

Sejak pindah ke sini, aku juga lebih sering olahraga dan menemukan hobi baru... yaitu berenang. Biasanya aku berenang pagi-pagi sendirian, tak ada orang lain di kolam.

Aku menceburkan diriku ke air yang dingin. Lalu perlahan tangan dan kakiku bergerak bergantian... semakin lama semakin cepat... sementara kepalaku sesekali miring ke atas untuk mengambil napas.

Saat berenang, aku merasakan sensasi yang menyenangkan dan menyegarkan. Namun yang paling kusukai adalah saat aku melihat ke dasar kolam... Cahaya matahari yang terang menembus masuk ke dalam air, membentuk pola kotak-kotak yang indah. Rasanya seperti berada dalam mimpi.

Source: Photo by Lee Jeffs on Unsplash
Kalau kalian ingat pengalamanku saat depresi, yang kuceritakan di awal... Dulu aku merasa tenggelam dalam lautan yang gelap dan menyeramkan. Namun sekarang, aku berenang dengan santai dalam air yang jernih, hangat oleh sinar matahari... Lalu menyadari kalau hidupku sudah berubah. Sudah jauh lebih baik.

Dalam tahun-tahun yang penuh tantangan ini, aku ingin mengucapkan terima kasih pada banyak orang: keluargaku, teman-temanku, rekan kerjaku, dan orang-orang yang tak terlalu kukenal tapi berbuat baik padaku. Terima kasih. Kalian telah membantuku untuk memaafkan masa lalu dan terus bertumbuh.

Untuk kalian yang sedang kesulitan atau mengalami depresi, kudoakan semoga kondisi segera membaik. Kuharap kalian tak menyerah... karena masih ada hal-hal menyenangkan yang akan datang. Kalau tidak hari ini, mungkin besok. Kalau tidak besok, mungkin kapan-kapan. Kesempatan itu akan terus ada selama kita berjuang untuk hidup. Mari berjuang!

You Might Also Like

0 comments