Menjual Memori

Thursday, April 07, 2016


Kadang saya ingin melenyapkan ingatan tertentu. Entah karena menakutkan, menyebalkan, atau sekadar tak berguna untuk diingat-ingat. Namun tak semudah itu. Karena manusia mempunyai 70.000 pikiran setiap harinya. Sebagian besar memang percakapan dengan diri sendiri. Sedang lainnya adalah pikiran yang berbuah dari pengalaman, lalu menjadi memori. Ada yang bisa terlupakan. Ada juga yang tidak... sampai kapanpun.

Photo by Mr Cup / Fabien Barral on Unsplash
Di zaman yang serba-kapitalis ini, saya jadi berpikir: bisakah kita menjual memori dalam benak kita? Dengan kemajuan zaman, mungkin suatu saat akan ada orang yang menemukan alat untuk menyedot memori manusia. Seperti pensieve dalam buku Harry Potter. Dengan alat itu, kita bisa memilih memori tertentu yang ingin disingkirkan. Mungkin akan keluar dari kepala dalam bentuk transparan, tipis seperti benang. Lantas dimasukkan ke dalam botol dan dijual.

Untuk apa menjual memori? Mungkin di masa depan kita akan kekurangan energi---bahkan energi alternatif yang sudah ada sekarang. Lalu diciptakan energi alternatif baru: memori manusia. Kita akan mendirikan PLTM, Pembangkit Listrik Tenaga Memori. Manusia bisa menggunakan memorinya untuk menghidupi dunia. Kita bisa memasak, menyalakan listrik, dan menjalankan kendaraan dengan tenaga tak kasat mata. Aneh bukan? Tapi ada hal-hal lain yang lebih aneh.

Orang-orang akan dibayar untuk memberikan memorinya. Pada awalnya, kita senang karena bisa menyingkirkan memori yang tak diingankan. Misalnya saja, gadis yang pernah diperkosa tak akan pernah ingat kejadian traumatis itu. Alih-alih hidup dalam rasa malu, dia bisa merasa bebas dan murni lagi. Contoh lain adalah lelaki yang berkali-kali ditolak kerja. Setiap kali ingat penolakan itu, mungkin rasa percaya dirinya hilang dan dia memilih jadi pengangguran saja. Namun kalau dia menjual memorinya, dia bisa memulai dari nol lagi. Kembali percaya diri dan siap mencari kerja.

Kelihatannya asyik bukan? Orang-orang bisa memilih memori mana yang akan mereka jual. Tak ada lagi yang namanya ingatan buruk karena semua sudah dilenyapkan. Terlebih, kita akan dibayar pemerintah setiap kali menjual memori. Sangat menguntungkan! Sayangnya, manusia adalah makhluk yang rakus. Uang bisa membutakan mata kita.

Suatu saat para peneliti akan menemukan fakta baru. Ternyata, memori yang bahagia mempunyai lebih banyak energi daripada memori sedih. Kita bisa memperoleh bayaran lima kali lipat dari biasanya. Saat mengetahui fakta itu, orang-orang pun berlomba menjual ingatan bahagia mereka. Entah memori saat wisuda kuliah, saat menikah dengan orang yang dicintai, ataupun saat melihat anak pertama lahir dengan selamat. Semua memori itu dijual demi uang. Demi hidup yang lebih enak dan nyaman.

Pemerintah senang karena mendapat banyak pasokan memori. Negara pun mempunyai jumlah energi yang fantastis, dan berkembang maju dengan pesat. Orang-orang meningkat derajat hidupnya. Namun apakah kita bahagia? Saya tak tahu. Saat memori yang berharga hilang, kita akan lupa betapa pentingnya hidup kita. Lupa betapa pentingnya teman, kekasih, keluarga, bahkan diri kita sendiri.

Untungnya semua itu hanya imajinasi saya.

You Might Also Like

0 comments