Menghadapi Ketakutan

Saturday, August 20, 2016


Ada kalanya kita takut menjalani hidup. Lebih baik bergelung nyaman di ranjang, tak keluar rumah, menghindar dari semua hal buruk yang mungkin terjadi. Ada kalanya kita takut menjadi diri sendiri. Lebih baik menjadi orang lain, terpaksa melakukan hal-hal yang tak disukai, supaya bisa diterima dalam pergaulan. Ada kalanya begitu.

Dunia memang penuh ketidakpastian. Itulah yang membuat kita disergap kecemasan dan ketakutan. Dalam porsi yang pas, perasaan itu justru mendorong kita untuk berkembang. Namun bagaimana kalau ketakutan setiap saat? Berarti ada yang tak beres dengan sudut pandang kita. Sebenarnya semua ketakutan bisa diatasi dengan sikap yang tepat. Kita hanya perlu mengenali ketakutan itu, lantas memilih di antara dua tindakan: menghadapinya atau kabur. Berikut ini adalah macam-macam ketakutan dan cara menghadapinya.

#1 Kematian membuat kita takut. Bagaimana kalau tiba-tiba kita meninggal, padahal belum melakukan hal yang berarti?

Hidup memang sementara. Pada akhirnya semua manusia akan meninggal. Walaupun sudah memahami konsep itu, mungkin kita tak siap menerimanya. Kematian terasa menakutkan. Kalau sudah meninggal, kita tak akan bisa melakukan apa pun lagi—entah meraih cita-cita, berbakti pada orang tua, dan sebagainya. Yang lebih seram, kita bisa saja meninggal sebelum memberikan hal yang berarti untuk dunia. Sebagian orang juga takut menghadapi akhirat karena merasa belum cukup beribadah.

Lantas, bagaimana cara menghapus rasa takut pada kematian? Kita harus menerima bahwa kematian adalah takdir. Kalau sudah waktunya meninggal, kita tak bisa mencegah dengan cara apa pun. Karena itu kita perlu ikhlas sejak sekarang. Pandanglah kematian sebagai fase kehidupan, sesuatu yang wajar dan alami. Lalu mari kita hidup dengan semaksimal mungkin. Berbuat baik sebanyak-banyaknya. Berjuang, berkarya, dan beribadah sekuat tenaga. Pastikan kita sudah memberi yang terbaik hingga saat ini. Jadi kalau mendadak waktunya tiba, kita bisa meninggal dengan tenang dan tanpa penyesalan.

#2 Tak ada yang lebih menakutkan daripada kehilangan orang tersayang. Entah keluarga, pasangan, sahabat, atau yang lain

Hidup memang tak lengkap tanpa orang-orang yang kita sayangi. Mereka adalah penyemangat dan alasan kita untuk berjuang. Mereka juga pendukung yang baik. Selalu ada saat kita membutuhkan, tanpa pernah meminta balasan. Lantas bagaimana kalau tiba-tiba kita kehilangan mereka? Keseimbangan pun rusak. Kita akan merasa limbung, cemas, dan takut menjalani hari-hari yang membentang. Rasanya tak cukup kuat untuk hidup sendirian. Ah, masa?

Padahal sebenarnya kita adalah pribadi yang kuat. Partner terbaik kita adalah diri sendiri. Sedekat apa pun hubungan dengan orang lain, suatu saat kita tak bisa mengandalkan mereka. Entah karena mereka pergi, terpisah jarak, atau meninggal. Di saat itulah kita harus berjuang sendiri. Momen ini akan datang cepat atau lambat, jadi kita harus selalu siap. Hindari terlalu bergantung pada orang lain. Mulailah membangun pribadi yang lebih kuat. Jadi saat kehilangan orang-orang tersayang, kita masih bisa melanjutkan hidup.

#3 Takut gagal memang hal wajar. Namun kalau terjadi terus-menerus, perkembangan kita akan terhambat

Seiring berjalannya waktu, tantangan dalam hidup akan bertambah. Mungkin kita harus melakukan hal-hal yang tak pernah terpikir sebelumnya. Saat itulah akan muncul rasa takut pada kegagalan. Kita takut salah. Takut bertindak. Takut mengambil risiko. Pada akhirnya rasa takut itu semakin banyak, tumpang tindih, sampai kita tak sanggup lagi menghadapi hari esok. Tentunya hal ini bisa menghambat perkembangan kita. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?

Mudah saja. Kita hanya perlu meyakinkan diri bahwa tugas manusia adalah berusaha, bukan berhasil. Jadi tak perlu terobsesi pada keberhasilan. Yang penting berusaha saja sebaik mungkin. Terkadang berusaha memang bukan hal mudah. Ada kalanya kita akan berusaha dengan gemetaran, dengan limbung, dengan menahan tangis. Namun yang penting kita tetap berusaha. Tak perlu takut gagal. Semakin banyak jumlah kegagalan, kita akan semakin dekat dengan keberhasilan. Yakinlah bahwa Tuhan melihat dan membalas usaha kita.

#4 Pernah terluka dalam percintaan? Terkadang itu membuat kita takut untuk mencintai lagi

Perasaan manusia memang rapuh. Kalau terluka, kadang bekasnya tak hilang-hilang. Itulah kenapa banyak orang terpuruk setelah percintaannya gagal. Butuh waktu tak singkat untuk sembuh. Saat sudah pulih, mungkin kita takut untuk mencintai lagi. Sebab takut hal yang sama akan terulang. Siapapun yang pernah patah hati pasti tahu kalau rasanya sangat tak enak—masa kita harus mengalaminya lagi? Ah, jangan sampai. Barangkali lebih baik sendiri saja. Menolak perasaan orang lain. Mengubur dalam-dalam perasaan kita sendiri.

Padahal, cinta adalah anugerah yang patut disyukuri. Patut dinikmati. Patut diperjuangkan meski banyak ketidakpastian di masa depan. Karena itulah cinta butuh keberanian. Kalau menyayangi seseorang, kita harus berani memperjuangkannya. Barangkali memang menyeramkan dan terasa sulit. Namun kalau tidak berusaha, kita akan kehilangan kesempatan. Lebih baik berusaha lalu gagal daripada diam saja lalu menyesal selamanya.

#5 Seiring berjalannya waktu, kita harus bertumbuh dan berubah. Namun bagaimana kalau kita ketakutan dan menolak melakukannya?

Bertambah tua adalah yang hal yang tak bisa ditolak. Tahun demi tahun, umur dan tanggung jawab kita bertambah. Kehidupan terasa makin sulit. Kita dituntut untuk lebih dewasa. Sementara itu, pemakluman pada kita semakin berkurang. Fase kehidupan pun selalu berubah. Yang tadinya sekolah jadi kuliah, yang tadinya kuliah jadi bekerja. Lalu masih ada fase berikutnya seperti berkeluarga. Hidup terasa sesak oleh tuntutan. Mau tak mau harus belajar untuk beradaptasi. Namun bagaimana kalau kita ketakutan dan menolak melakukannya?

Bertumbuh dan berubah memang tak selalu mudah. Namun kita harus melakukannya. Mungkin akan ada hal-hal yang dikorbankan. Ada prinsip yang terpaksa ditinggalkan. Ada waktu yang hilang, ada kesenangan yang terkubur kesibukan. Namun percayalah bahwa semua itu tak sia-sia. Seiring dengan usaha kita, masa depan yang baik akan menyambut. Terkadang kita memang akan merasa takut. Namun dalam ketakutan itu, segeralah bertindak. Beranikan diri kita. Tak ada ketakutan yang tak bisa ditaklukkan.

You Might Also Like

0 comments